Pesona Pengantin Semarangan di Simpang Lima

12.37



Ada yang berbeda di hari Selasa (13/09) sore lalu. Jika beruntung, anda yang melewati bundaran Simpang Lima dapat menyaksikan Kirab Pengantin Semarangan. Kirab diikuti oleh rombongan keluarga pengantin pria dan wanita, pemain rebana dan jidor, pembawa manggar, pembawa payung, pagar ayu, dan juga denok kenang. Rombongan yang menggenakan busana adat semarangan bernuansa merah ini menarik perhatian para pengguna jalan kala itu. Diantaranya bahkan mengemudikan mobil sambil mengambil gambar sang pengantin.

Perarakan Pengantin Semarangan
http://berita.suaramerdeka.com/pengantin-semarangan-diarak-keliling-simpanglima/

Pengantin tersebut bukan sungguhan tentunya. Arak-arakan pengantin yang mengelilingi simpang lima merupakan rangkaian dari Pegelaran Pengantin Semarangan yang diprakarsai oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang dengan beberapa sanggar rias, serta PKK di Kota Semarang. Acara ini diselenggarakan untuk mempromosikan model Pengantin Semarangan di kalangan masyarakat Kota Semarang.

Kendi yang dipecahkan oleh Kadinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Ibu Masdiana, menjadi penanda dimulainya perarakan. Arak-arakan berjalan dari Masjid Baiturrahman dengan diiringi rebana. Setelah berhasil mencuri perhatian selama mengeliling Simpang Lima, rombongan menuju pusat Citraland Mall Semarang. Selanjutnya didakan prosesi panggih dan sungkeman.



Pagelaran Pengantin Semarangan di Citraland Mall


Pengantin Semarangan


Manten Kaji dan Encik


Pengantin wanita umumnya disebut dengan Encik yang merupakan perpaduan antara budaya China dan Arab. Berbeda dengan daerah Jogja dan Solo, pengantin wanita menggunakan selop beludru berwarna hitam dengan kaos kaki dan kaos tangan putih. Lima tusuk konde depan yang digunakan menggambarkan jumlah rukun islam dan tusuk konde belakang berjumlah 17 yang menggambarkan rakaat Islam. Pakaian yang digunakan adalah kebaya beludru hitam Kraag Shanghai dipadukan dengan songket. Selain itu pengantin wanita menggunakan Pilis, perhiasaan di atas dahi, dan endog remek, untaian bunga cempaka dan melati.

Sedangkan pengantin pria disebut dengan Manten Kaji karena menggunakan kopiah Alfiah dengan 1 cunduk mentul dibagian atasnya yang menjadi harapan untuk dapat hidup lurus sesui perintah-Nya. Pakaian yang dikenakan pengantin pria adalah gamis dengan baju beludru berwarna hitam dihiasi kraag Shanghai. Sama halnya dengan pengantin putri, pria juga menggunakan kaos kaki dan kaos tangan berwarna putih. Tak hanya itu, pengantin pria juga menggengam pedang berwarna perak.

Perlengkapan yang digunakan Pengantin Semarangan merupakan perwujudan akulturasi dari perpaduan indah budaya Arab, China dan Jawa. Dari pengantin Semarangan ini kita mendapat banyak pelajaran untuk nguri-uri  perpaduan budaya di Semarang. Lebih dari itu, akulturasi dalam Pengantin Semarangan mengajarkan kita untuk menjaga keharmonisan di tengah perbedaan untuk mencapai kemajuan.



(dari berbagai sumber)
Referensi:
http://www.koran-sindo.com/news.php?r=5&n=97&date=2016-09-14

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

https://www.facebook.com/flaviadomitilla.saraswati

Flickr Images

Subscribe